Bullying bisa terjadi pada siapa saja, termasuk mungkin putra-putri Anda.
Hal tersebut pasti tidak diinginkan oleh orangtua manapun.
Bullying memang lekat dengan sesuatu hal yang negatif. Bahkan ini menjadi salah satu permasalahan besar yang harus dihadapi pihak sekolah, orangtua maupun anak-anak itu sendiri.
Dampak bullying dapat mengancam harga diri, kepercayaan diri, terisolasi dari pergaulan hingga performa belajar yang merosot menyebabkan orangtua khawatir dengan lingkungan anak di sekolah.
Bahkan dalam beberapa kasus, anak yang tak kuat menerima bullying akan lebih banyak menyendiri, depresi hingga bunuh diri.
Untuk Anda ketahui, bully bukan berarti anak Anda memiliki kekurangan. Suatu kelebihan pun bisa saja menjadi bahan bully
Anak gemuk, akan dibully si gendut
Anak berkulit gelap, akan dibully item
Anak memiliki keterbatasan fisik, akan dihina
Anak terlalu aktif, akan tetap dibully
Ada banyak alasan untuk dapat bully dari orang-orang di sekeliling anak Anda.
Terlalu cantik, dibully!
Terlalu pintar, dibully!
Terlalu agamis, dibully!
# Penyebab Mengapa Seorang Anak Menjadi Pembully
1. Penyebab pertama seorang anak menjadi pembully adalah rasa tidak suka terhadap temannya yang lain dalam hal ini yang menjadi korban.
Entah itu karena korban lebih pintar darinya, cenderung aneh, suka berbicara ngawur sehingga terkesan lemah.
Sedangkan, si pembully merasa memiliki otoritas yang lebih besar daripada yang lain, merasa superior karena anak orang kaya atau lebih berkuasa karena memiliki banyak teman.
2. Penyebab kedua adalah pelaku memang merasa senang dengan perbuatan membully tersebut.
Mungkin untuk pertama kali, saat tak sengaja melakukan bully, ia merasakan kesenangan.
Sehingga ketagihan untuk melakukannya lagi dan lagi berulang kali. Meskipun dia tau itu bukanlah
perilaku terpuji.
3. Penyebab ketiga ini masih berkaitan dengan sebab sebelumnya yang sudah dibahas diatas, yakni muncul perasaan berkuasa seolah-olah pelaku adalah pemegang kendali situasi.
Apabila perasaan kurang baik semacam ini tidak segera disingkirkan dari benak anak, maka saat dewasa ia akan tumbuh menjadi orang serakah.
Ia tidak akan peduli dengan kebutuhan atau nasib orang lain hanya untuk tujuan pribadinya.
4. Penyebab keempat seseorang menjadi pelaku bully adalah ingin mendapatkan popularitas atau menjadi tenar diantara teman-temannya.
Dengan melakukan bully, muncul rasa bangga karena ia berkuasa, sehingga pengikut (temannya) akan bertambah.
Selanjutnya, ia akan berlagak seolah-olah seperti public figure yang terkenal.
Perilaku seperti ini adalah salah satu ciri dari anak yang jarang mendapatkan perhatian dari orangtuanya dirumah.
Sehingga, ia mencari perhatian lain dengan cara negatif dan tidak terpuji.
Namun...
Dibalik semua itu, bullying ternyata mampu menjadi hal-hal yang positif bagi putra-putri Anda.
Dan anda sebagai orangtua harus mampu menjadi pembimbing yang baik ketika anak Anda dalam kondisi dibully oleh teman-temannya di sekolah.
Berikut ini beberapa tips menghadapi ketika anak di bully
1. Membuat Anak Merasa Nyaman di Rumah
Yang perlu anda lakukan pertama kali adalah memastikan anak Anda merasa nyaman bersama Anda di rumah dikarenakan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah sudah membuat anak merasa terancam dan ketakutan.
Kondisi rumah yang tenang, mendukung dan aman membuat anak mampu menetralisir kegundahan hatinya ketika dibully
Ketika anak merasa nyaman di rumah, anak akan menceritakan sendiri kejadian apa yang menimpa
mereka.
Bila anak curhat mengenai bully yang diterimanya, Anda sebagai orangtua tidak perlu
panik dan memotong pembicaraan, dengarkan keluhan anak dengan tenang dan sabar.
Anda harus meyakinkan pada si buah hati bila Anda mendukungnya untuk menghadapi masalah yang menimpanya.
Sampaikan juga bahwa Anda tidak marah dan kecewa padanya, katakan bahwa anak tidak salah.
Diskusikan dengan anak apa itu "bully". Jika mereka diganggu padahal tidak melakukan kesalahan, seharusnya anak berhak untuk tidak diganggu.
Perhatikan pula (bukan menuduh anak berbohong), ada istilah "Occasional Conflict" yaitu pertengkaran yang wajar diantara teman-teman sekolah. Karena bisa jadi anak tidak terkena bullying, melainkan occasional conflict dengan teman sebaya.
Selain itu, Anda juga hrs memastikan memang anak Anda merupakan korban bullying, terutama bullying yang bersifat kekerasan fisik.
Biasanya anak akan memberi tanda-tanda bahwa dirinya korban bullying. "Ada banyak hal tanda, namun perubahan perilaku seperti menarik diri dari hubungan sosial atau tidak ingin sekolah merupakan tanda mungkin dia menjadi korban bully," kata psikolog dari Sheffield Hallam University, Inggris, Mark Heaton
Tanda-tanda lain yang mungkin muncul seperti insomnia, sering sakit yang tidak diketahui penyebabnya, ada luka di tubuh meski dia tidak menjelaskan asalnya dan berusaha menutupi. Bisa juga anak akan pura-pura bertanya, 'Temanku di-bully, aku harus ngapain, Bu?'.
Psikolog Natasha Devon menerangkan untuk mengetahui benar tidaknya anak menjadi korban bully, orangtua harus memiliki waktu bersama lebih banyak dengan anak. (dikutip dari www.liputan6.com).
2. Memberitahu Pihak Sekolah dan Menghubungi Orangtua Pelaku Bullying
Jika memang anak Anda menjadi korban bullying, sebaiknya Anda segera membicarakan masalah ini dengan pihak sekolah seperti guru pembimbing atau konselor.
Karena Seringkali kasus bullying tidak diketahui pihak sekolah. Anak-anak akan bertindak saat tidak
ada guru yang memperhatikan.
Anda tidak perlu meminta sekolah atau guru pembimbing untuk menjaga anak Anda dengan ketat.
Hal ini hanya akan membuat anak tidak nyaman atau membuat teman-temannya iri karena anak Anda mendapatkan perlakuan khusus. Dampak buruknya adalah ia akan semakin dibully.
Jadi, cukup minta kerjasama dan komitmen dari pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi kepada murid-murid tentang bullying.
Kenapa hal ini harus dilakukan?
Karena banyak dari pelaku yang tidak mengetahui bahwa perilakunya tersebut tergolong dalam bullying.
Perkenalan dengan bullying juga harus dilengkapi dengan contoh-contoh perilaku bullying dan dampak negatifnya terhadap korban maupun pelaku.
Selain itu, minta tolonglah kepada pihak sekolah, khususnya guru pembimbing untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya di kelas.
Setelah bekerja sama dengan pihak sekolah, lanjutkan dengan menemui atau berkomunikasi dengan orangtua dari pelaku bullying.
Tujuannya adalah untuk menghentikan sikap pelaku agar dia sadar bahwa sikapnya itu salah.
Serta membuatnya jera dan tidak mengulanginya lagi.
Oleh karena itu, jelaskan sikap anak tersebut kepada orangtuanya secara netral dan hindari untuk menyudutkan si anak.
Kemudian Anda perlu menunjukkan bukti melalui pernyataan anak Anda, pernyataan teman dekat anak Anda, histori smartphonenya (bila ada) dan hasil kerjasama dengan pihak sekolah.
Apabila Anda emosi, menyudutkan anak pelaku bullying dan tidak membawa bukti, maka orangtuanya pun bisa tidak terima dengan tuduhan Anda.
Selanjutnya, kerjasama akan sulit untuk dilakukan.
Tugas Anda hanya menginformasikan perilaku anaknya, bukan untuk menghukum anaknya.
Hukuman yang membuat jera hanya bisa dilakukan oleh pihak terdekat anak tersebut.
3. Membantu Anak Mencari Solusi Secara Bersama-Sama
Anak korban bully biasanya merasa ketakutan, tidak berdaya dan putus asa.
Oleh sebab itu, penting bagi Anda sebagai orangtua untuk membimbing anak untuk mencari jalan keluar masalahnya sendiri.
Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak akan sangat berguna baginya hingga dewasa nanti.
Misalkan suatu hari anak Anda menceritakan bahwa bekal makanan yang dia bawa dari rumah selalu
diambil oleh pelaku bully setiap hari.
Anda dapat memancing anak dengan pertanyaan,
"Menurut kamu, apa yang bisa kamu lakukan supaya dia bisa berhenti mengambil bekal makanan dari kamu?".
Kemungkinan jawaban anak Anda bisa bermacam-macam dan mungkin akan menjawab dengan hal-hal yang Anda tidak duga sama sekali.
Tidak perlu khawatir, tetaplah tenang dan arahkan anak untuk mencari solusi.
Misalkan anak Anda mennjawab akan mendorong atau memukul pelaku hingga jatuh.
Anda dapat mengarahkan dengan baik dengan baik dengan berkatta, "Apakah dengan mendorong atau memukulnya hingga jatuh dia akan berhenti mengambil bekal makanan yang kamu bawa?".
Katakan pula pada anak bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar terbaik.
Dengan begitu, anak akan terlatih untuk memikirkan resiko dari tindakan amupun ucapannya secara bijak.
Satu hal lagi, Anda harus memastikan bahwa solusi tersebut berasal dari anak Anda sendiri, bukan dari perintah keduaorangtuanya .
Jadilah sosok orangtua yang tegas namun tidak membuat situasi semakin buruk.
4. Melatih Reaksi Anak Menghadapi Bully
Menghadapi pembully memang tidak mudah. Bila anak Anda bereaksi berlebihan terhadap pembully, justru akan semakin membuat marah pelaku.
Namun diam saja juga hanya akan membuat anak makin tertekan.
Sebaiknya apa yang harus dilakukan anak?? Ajarkan anak Anda untuk membalas dengan kata-kata yang singkat, tegas dan jelas.
Misalnya "Berhenti mengejek aku..!!", "Diam..!!" atau "Kamu nggak lucu" seraya meninggalkan pelaku tanpa perlu mendengarkan apa yang akan diucapkan pelaku. Jika anak tidak bisa pergi kemana-mana, cukup jauhi pelaku dan jangan menghiraukannya.
5. Meminta Bantuan Ahli
Tahapan cara mengatasi bullying di sekolah memang tidak sesederhana yang Anda pikirkan.
Membutuhkan proses yang cukup panjang dan hasil yang Anda inginkan mungkin tidak terlihat dalam waktu singkat.
Apabila tahapan-tahapan di atas belum membuahkan hasil maksimal dan anak terlihat semakin down atau menunjukkan tanda-tanda depresi, sebaiknya pindahkan anak dari sekolah tersebut atau hindarkan dari lingkungan pembully.
Agar kejadian bully ini tidak terjadi lagi di lingkungan yang baru, Anda bisa mengajak anak ke psikolog, psikiater atau konsultan keluarga.
Bullying membawa dampak negatif yang berbahaya, khususnya pada psikis anak.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda jangan terlalu santai dalam menanggapinya.
Seorang ahli bisa memberikan tips khusus untuk anak dalam menghadapi bully dari teman-temannya.
Bagaimana menguatkan mental diri, meningkatkan kepercayaan diri anak untuk melawan bullying atau merangkul pelaku bullying.
6. Lapor ke Pihak Berwajib bila Kasusnya Sudah Parah
Dalam kasus tertentu, misalkan pembully sudah bertindak berlebihan seperti menggunakan ancaman maupun tindak kekerasan atau pelecehan seksual, Ini sudah bukan ranah pihak sekolah atau antar orangtua, melainkan harus ditindak melalui jalur hukum.
Namun, Anda pun harus bijak dengan cara memberitahu pihak sekolah terlebih dahulu sebelum melaporkan ke pihak berwajib.
Bagaimanapun juga, sekolah akan dilibatkan oleh pihak kepolisian bila melaporkan suatu kasus bully.
Pentingnya melaporkan ke kepolisian adalah untuk melindungi anak dan bisa menjadi pelajaran bagi pelaku bahwa bullying yang berlebihan dapat berakibat fatal.
Mengutip kata-kata dari salah satu website berita ternama "Jangan Biarkan Bullying Merenggut Kesempatan Anak Sekolah"
1 comments
Mantap bang.. tambahan aja bahwa anak perlu diyakinkan kalau dia punya support system, dia ga sendirian.. pihak sekolah harus serius juga menanggapi ini
ReplyDelete